Selasa, 08 Juni 2010
Selasa, 17 November 2009
Gedung DPR yang dulu bernuansa politis sekarang bernuansa artis
Banyak artis yang masuk dalam daftar caleg dari sejumlah parpol sebelumnya tidak memiliki kepedulian serta kemampuan dalam berorganisasi dan kegiatan sosial lainnya, sehingga mereka kurang teruji. hal ini semakin menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap wakil rakyat. kita seharusnya bisa memilah dan memilih, seni adalah seni dan politik adalah politik, politik praktis seperti yang dilakukan oleh artis, tidak akan menjamin bahwa mereka akan kompeten pada bidang politik, apalagi memperjuangkan hak-hak rakyat. Selain itu, yang juga mengkhawatirkan adalah untuk proses pendewasaan demokrasi untuk negara ini, karena untuk menentukan wakil rakyat tidak mengukur kapasitas dan kredibilitas, tetapi hanya berdasarkan popularitas semata. kapan kita dewasa???. memang tidak bisa dikatakan semua artis tidak memiliki kemampuan dan kredibilitas, namun kenyataannya yang muncul saat ini di lembar daftar caleg dari beberapa parpol adalah artis yang sebelumnya tidak memiliki catatan yang mumpuni dan kapasitasnya teruji.
semoga saja mereka mampu menggeluti bidang politik itu, kita sebagai warga negara yang baik hanya bisa mendukung demi kemajuan bangsa..
Sabtu, 14 Februari 2009
Banyaknya spanduk, umbul-umbul, dan baliho yang bertengger disudut jalan, tak terkecuali perkampungan sekalipun. itu akan membuat pemandangan kota menjadi tidak indah dan terkesan kotor atau dalam bahasa jawanya "Kemproh".
Menjelang Pemilu 2009 nanti, berebut pengaruh lewat iklan bukan saja terjadi dilingkungan sekitar Calon anggota legislatif bertarung, tetapi juga di semua sudut jalan. Dimana ada lahan kosong, maka disitu akan terpampang spanduk, bendera, spanduk dan baliho beraneka ragam. lahan kosong menjadi incaran tempat berdirinya spanduk untuk berbagai parpol.
Meskipun belum semua parpol beramai-ramai memasang atributnya sebagai langkah sosialisasi dan kampanye, tetapi kesemrawutan mulai tampak. Apalagi, jika nanti semua parpol serentak memasangnya. Wajah Indonesia akan seperti permen Nano Nano. akan Lebih rumit lagi kalau kita memasuki gang-gang kecil, perang stiker terpampang secara jelas merebut posisi tembok yang masih kosong. Begitu juga dengan tiang-tiang listrik dan telpon menjadi tempat favorit stiker caleg bertengger dan tersenyum untuk mencari simpatisan.
Dominasi untuk menguasai pohon juga menjadi ajang pertarungan para caleg dan parpol, beberapa pohon yang terlihat tinggi dikibarkan Bendera ukuran yang cukup besar dengan bantuan tiang yang cukup tinggi. Jadilah bendera parpol tersebut berkibar. semakin tingginya bendera, maka menggambarkan bahwa suhu politik di indonesia semakin tinggi.
Pemerintah harus tegas melarang parpol menempel atribut, seperti pamflet atau stiker, di pohon-pohon, tiang listrik, tiang telepon, maupun pagar-pagar dan tembok yang menjadi fasilitas umum, seperti yang biasa dilakukan oleh para peserta Pilkada akhir-akhir ini. Selain tidak enak dipandang, juga tampak kotor. yang seharusnya ada kesadaran semua pihak parpol untuk secara tertib memasang atribut agar wajah kota tidak menjadi semrawut.
Selasa, 10 Februari 2009
Minggu, 18 Januari 2009
Partai Demokrat, mencitrakan kesuksesan pemerintahan SBY dengan menampilkan penurunan angka kemiskinan di Indonesia dan pertumbuhan ekonomi 6%, dan adanya penurunan harga BBM yang menjadi Rp, 4500 dari Rp, 6000. tapi Faktanya, angka pengangguran terus meningkat, banyak industri UKM gulung tikar dan sejumlah industri besar terancam ambruk dan mem-PHK karyawannya. hal itu menunjukkan belum berubahnya kondisi perekonomian di Indonesia.